Hi, untuk kalian yang pernah aku kecewakan, marah karena aku, dan sebagainya yang membuat kalian sakit hati karena aku. Waktu berjalan dengan cepat, namun tak ada kata maaf dari mulutku. Dan kekesalan pun tetap mengalir. Dan mungkin dosa juga ikut mengalir.
Bertahun-tahun, semakin mengetahui ucapan pedas, sikap yang keras, selayaknya tak berpendidikan, walaupun berpendidikan. Bersikap selayaknya orang tak berpendidikan, walaupun berpendidikan. Semakin menginjak umur yang kian bertambah, dunia yang membuka sisi gelapnya, lingkungan, situasi, peristiwa yang gelap mengajarkan aku untuk berpikir dua kali dalam bertindak, bahkan berucap. Karena, perasaan tidak dapat disembuhi, walaupun sudah mengucap maaf.
Kita pun tidak tahu siapa yang akan mendahului, karena tuhan berkehendak, kita tidak bisa menolak, bahkan menggugatnya. Kita hiduppun, sudah diberikan waktu untuk mengucapkan maaf, sekalipun orang tidak menerimanya dengan ikhlas, setidaknya kita sudah berusaha meminta maaf, setulus hati seluruh jiwa raga.
Memasuki jaman yang kian keras, mulut dan fisik makin tidak terkendali, banyak kendala, tanpa solusi. Seakan menggebu untuk mengucapkan kalimat frontal. Seperti nafsu saja.
Terakhir, untuk kalian yang perasaannya tergores oleh penulis. Aku meminta maaf untuk kesekian kalinya.
-Maaf-
Bertahun-tahun, semakin mengetahui ucapan pedas, sikap yang keras, selayaknya tak berpendidikan, walaupun berpendidikan. Bersikap selayaknya orang tak berpendidikan, walaupun berpendidikan. Semakin menginjak umur yang kian bertambah, dunia yang membuka sisi gelapnya, lingkungan, situasi, peristiwa yang gelap mengajarkan aku untuk berpikir dua kali dalam bertindak, bahkan berucap. Karena, perasaan tidak dapat disembuhi, walaupun sudah mengucap maaf.
Kita pun tidak tahu siapa yang akan mendahului, karena tuhan berkehendak, kita tidak bisa menolak, bahkan menggugatnya. Kita hiduppun, sudah diberikan waktu untuk mengucapkan maaf, sekalipun orang tidak menerimanya dengan ikhlas, setidaknya kita sudah berusaha meminta maaf, setulus hati seluruh jiwa raga.
Memasuki jaman yang kian keras, mulut dan fisik makin tidak terkendali, banyak kendala, tanpa solusi. Seakan menggebu untuk mengucapkan kalimat frontal. Seperti nafsu saja.
Terakhir, untuk kalian yang perasaannya tergores oleh penulis. Aku meminta maaf untuk kesekian kalinya.
-Maaf-
Komentar
Posting Komentar